Selasa, 03 April 2012

PENGGUNAAN KOMBINASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DENGAN MEDIA POWER POINT PADA MATERI VIRUS


PENGGUNAAN KOMBINASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE     JIGSAW DENGAN MEDIA POWER POINT PADA MATERI VIRUS
Oleh:
Asrida Agriani

A. PENDAHULUAN
Salah satu ilmu dasar yang sangat penting pada setiap jenjang pendidikan dan memacu penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi serta keterampilan adalah biologi . Hal ini disebabkan karena biologi merupakan sarana berpikir untuk menumbuhkembangkan cara berpikir logis, sistematis, analitis dan kritis.
Biologi merupakan salah satu pelajaran IPA yang berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami alam semesta secara sistematis, sehingga biologi bukan hanya merupakan penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses menemukan. Pendidikan biologi diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari dirinya sendiri dan alam disekitarnya, yang di dalamnya terdapat berbagai pokok bahasan yang memiliki kekhususan  karakter masing-masing serta konsep-konsep yang harus dipahami.
Sebagian besar konsep biologi merupakan konsep yang abstrak dan berjenjang. Dalam proses pembelajaran biologi kita seringkali diperhadapkan pada hal-hal yang bersifat mikroskopis seperti virus. Hal ini seringkali menjadi kendala bagi guru untuk menumbuhkembangkan cara berpikir logis, sistematis, analitis dan kritis dari siswa yang belajar pada tingkat sekolah menengah atas.
Mengajar tidak hanya diartikan sebagai proses penyampaian ilmu pengetahuan kepada siswa, yang menempatkan siswa sebagai objek belajar dan guru sebagai subjek, akan tetapi mengajar harus dipandang sebagai proses pengaturan lingkungan agar siswa belajar. Yang dimaksud belajar itu sendiri bukan hanya sekedar menumpuk pengetahuan akan tetapi merupakan proses perubahan tingkah laku melalui pengalaman belajar sehingga diharapkan terjadi pengembangan berbagai aspek yang terdapat dalam individu, seperti aspek minat, bakat, kemampuan, potensi dan lain sebagainya.
  Fakta diatas merupakan tantangan yang dihadapi guru sebagai pengajar. Disinilah dituntut keprofesionalan guru agar bisa meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa.
Dengan perkataan lain, untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa diperlukan peran guru kreatif yang dapat membuat pembelajaran biologi menjadi lebih baik, menarik dan disukai oleh peserta didik. Suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa  dengan menggunakan metode pembelajaran yang tepat agar siswa dapat memperoleh kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain sehingga  siswa dapat memperoleh hasil belajar yang optimal.
Sejalan dengan berkembangnya penelitian  dibidang pendidikan maka ditemukan model – model pembelajaran baru yang dapat meningkatkan interaksi siswa dalam proses belajar mengajar, yang dikenal dengan model pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning).
Menurut Killen dalam Efi (2007), Cooperative Learning merupakan suatu teknik instruksional dan filosofi pembelajaran yang berusaha meningkatkan kemampuan siswa untuk bekerjasama dalam kelompok kecil, guna memaksimalkan kemampuan belajarnya, dan belajar dari temannya serta memimpin dirinya.
 Di dalam pembelajaran kooperatif, siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil dan saling membantu satu sama lain. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima pendapat orang lain dan berkerja dengan teman yang berbeda latar belakangnya, membantu memudahkan menerima materi pelajaran, meningkatkan kemampuan berfikir dalam memecahkan masalah. Karena dengan adanya komunikasi antara anggota-anggota kelompok dalam menyampaikan pengetahuan serta pengalamannya sehingga dapat menambahkan pengetahuan dan meningkatkan hasil belajar serta hubungan sosial setiap anggota kelompok.
Dalam model pembelajaran kooperatif, siswa tidak hanya berperan sebagai komunikan atau penerima pesan, bisa saja siswa bertindak sebagai komunikator atau penyampai pesan. Dalam kondisi seperti itu, maka terjadi apa yang disebut dengan komunikasi dua arah (two way traffic communication) bahkan komunikasi banyak arah (multi way traffic communication). Dalam bentuk komunikasi pembelajaran manapun sangat dibutuhkan peran media untuk lebih meningkatkan tingkat keefektifan pencapaian tujuan/kompetensi. Artinya, proses pembelajaran tersebut akan terjadi apabila ada komunikasi antara penerima pesan dengan sumber/penyalur pesan lewat media tersebut. Berlo (1960) dalam pembelajaran sebagai proses komunikasi menyatakan bahwa komunikasi tersebut akan efektif jika ditandai dengan adanya “area of experience” atau daerah pengalaman yang sama antara penyalur pesan dengan penerima pesan (Anonim, 2011).
            Berdasarkan uraian di atas maka penulis mencoba mengkombinasikan model pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW dengan penggunaan media power point pada materi virus sehingga diharapkan nantinya siswa dapat secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran dan pembelajarannya  tidak lagi membahas hal yang abstrak karena siswa dapat secara jelas melihat macam-macam virus, bagaimana virus bereplikasi dan beberapa gambar dampak yang ditimbulkan dari virus tersebut bagi kehidupan melalui penyajian materi yang menggunakan media power point.
Pemilihan metode yang digunakan akan dikaji oleh penulis tentang kelebihan dan kekurangannya sehingga nantinya bisa menjadi masukan bagi tenaga pengajar dalam pemilihan metode pembelajaran yang akan digunakan.

B.  Kombinasi Pembelajaran Kooperatif Tipe JIGSAW dengan Media Power Point Pada Materi VIrus
1.   Pembelajaran Kooperatif Tipe JIGSAW
Pendekatan kooperatif digunakan oleh para pendidik dalam pembelajaran di kelas dengan menciptakan situasi atau kondisi bagi kelompok untuk mencapai tujuan masing-masing anggota atau kelompok. Pencapaian tujuan tergantung pada kerjasama yang kompak dan serasi dalam kelompok (Ghazi dalam Efi,2007). 
Dengan demikian, Cooperative Learning diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan, belajar untuk bekerjasama, menghargai pendapat orang lain dan tanggung jawab antara sesama siswa dan terhadap kelompoknya untuk memperoleh yang terbaik bagi kelompoknya dalam belajar dan menyelesaikan tugas.
JIGSAW telah dikembangkan dan diuji coba oleh Elliot Aronson dan teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins (Anonim, 2011).
Pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW merupakan salah satu tipe strategi pembelajaran yang kooperatif dan fleksibel. Dalam pembelajaran tipe Jigsaw, siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok yang anggotanya mempunyai karakteristik heterogen. Masing-masing siswa bertanggung jawab untuk mempelajari topik yang ditugaskan dan mengajarkan pada anggota kelompoknya, sehingga mereka dapat saling berinteraksi dan saling bantu (Hertiavi, dkk., 2010)
2.   Media Power Point
Suatu medium (jamak: media) adalah perantara/pengirim pesan dari pengirim ke penerima pesan. Gagne (1970) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam  lingkungan siswa yang dapat merangsangnya belajar.  Sementara itu Briggs (1970) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Buku, film, kaset, film bingkai adalah contoh media pembelajaran, termasuk di sini adalah menggunakan power point yang ditayangkan dengan menggunakan media LCD (Mardjoko, 2009)
Menurut kamus besar bahasa indonesia, pengertian media adalah alat atau sarana komunikasi seperti koran, majalah, radio, televisi, film, poster, dan spanduk. Media disebut juga alat-alat audio visual, artinya alat yang dapat dilihat dan didengar yang dipakai dalam proses pembelajaran dengan maksud untuk membuat cara berkomunikasi lebih efektif dan efisien. Dengan penggunaan alat-alat ini guru/pendidik dan siswa/peserta didik dapat berkomunikasi lebih hidup serta interaksinya bersifat multi arah. Media adalah alat yang dapat membantu proses pembelajaran yang berfungsi memperjelas makna pesan yang disampaikan sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dngan lebih baik, lebih sempurna.
Media mengandung pesan sebagai perangsang belajar dan dapat menumbuhkan motivasi belajar, sehingga siswa/peserta didik tidak menjadi bosan atau cepat jenuh dalam meraih tujuan-tujuan belajar. Apapun yang disampaikan oleh guru/pendidik sebaiknya menggunakan media, paling tidak yang digunakannya adalah media verbal yang berupa kata-kata yang diucapkan di hadapan siswa/peserta didik. Pendidikan melalui media visual adalah metode/cara untuk memperoleh pengertian yang lebih baik dari sesuatu yang dapat dilihat dari pada sesuatu yang didengar atau dibacanya. Media pembelajaran mencakup semua sumber yang diperlukan dalam melakukan komunikasi dengan pebelajar. Ini bisa berupa perangkat keras, seperti komputer, televisi, projektor, dan perangkat lunak yang digunakan pada perangkat keras itu. Pengajar juga termasuk media pembalajaran merupakan bagian dari kajian strategi penyampaian (Gede, 2011).
Media pendidikan adalah media yang penggunaannya diintegrasikan dengan tujuan dan isi pembelajaran dan dimaksudkan untuk mempertinggi mutu mengajar dan belajar. Pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan  minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar siswa (Harsidi, 2009).
Sebagai komponen sistem pembelajaran, media memiliki fungsi yang berbeda dengan fungsi komponen-komponen lainnya, yaitu sebagai komponen yang dimuati pesan pembelajaran untuk disampaikan kepada pebelajar. Pada proses penyampaian pesan ini sering kali terjadi gangguan yang mengakibatkan pesan pembelajaran tidak di terima oleh pebelajar seperti apa yang dimaksudkan oleh pengajar. Gangguan-gangguan komunikasi antar pengajar-pebelajar ini kemungkinan disebabkan oleh verbalisme (Gede, 2011).
Pendapat lain dikemukakan oleh Nurhayati dan Lukman (2004) dalam Harsidi (2010), bahwa fungsi media pembelajaran diantaranya yaitu:
1. Memperjelas dan memperkaya/melengkapi informasi yang diberikan secara verbal,
2. Meningkatkan motivasi dan efisiensi penyampaian informasi.
3. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyampaian informasi.
4. Menambah variasi penyajian materi.
5. Pemilihan media yang tepat akan menimbulkan semangat, gairah dan mencegah kebosanan siswa untuk belajar.
6. Kemudahan materi untuk dicerna dan lebih membekas sehingga tidak mudah dilupakan siswa.
7. Memberikan pengalaman yang kongkrit untuk hal yang mungkin abstrak.
8. Meningkatkan keingintahuan (curiousity) siswa.
9. Memberikan stimulus dan mendorong respon siswa.

3. Virus
Virus berasal dari bahasa latin virion yang berarti racun. Ilmu yang mempelajari tentang virus adalah virologi (Sri, 2008).
Keberadaan virus mulai diketahui sejak penemuan Adolf Meyer, seorang ilmuwan Jerman, pada tahun 1883. Beliau meneliti penyakit bintik kuning pada daun tanaman tembakau yang bersifat menular. Penelitian ini kemudian dilanjutkan oleh Dimitri Ivanowsky pada tahun 1893.
Pada tahun 1897, seorang ahli mikrobiologi Belanda yang bernama M.Beijerinck melakukan percobaan terhadap penyakit bintik kuning tersebut. Hasil percobaannya menunjukkan bahwa patogen (penyebab penyakit) hanya dapat berkembang biak pada mahluk hidup. Pada tahun 1935, seorang ilmuwan Amerika Serikat bernama Wendell Stanley mencoba mengkristalkan patogen itu. Walaupun telah dikristalkan, pathogen itu masih mampu menimbulkan penyakit jika disuntikkan pada tanaman tembakau yang sehat. Stanley memberi nama patogen tersebut tobacco mosaic virus atau TMV (virus mosaik tembakau). Virus memiliki ukuran tubuh yang sangat kecil sehingga tidak dapat dilihat dengan mikroskop cahaya melainkan hanya dapat dilihat dengan mikroskop elektron.
Ciri-ciri virus antara lain:
·   Bersifat aseluler (tidak tersusun atas sel).
·   Berukuran ultramikroskopis, sekitar 20 – 300 µm (milimikron).
·   Tidak memiliki sitoplasma dan organel-organel sel lainnya.
·   Tubuh tersusun atas asam nukleat (DNA dan atau RNA) yang diselubungi oleh selubung protein (kapsid).
·   Bersifat parasit obligat intraseluler (bersifat merugikan jika berada di dalam tubuh sel inangnya).
·   Berkembang biak di dalam sel mahluk hidup/sel inangnya (merupakan ciri virus sebagai mahluk hidup).
·   Dapat dikristalkan (merupakan ciri virus sebagai benda mati).
·   Bentuk virus bervariasi: bulat, heliks (panjang dan bulat), polyhedral (bersegi banyak), bentuk seperti huruf T (virus bakteriofage).
Dibandingkan dengan mahluk hidup lainnya maka virus memiliki struktur yang berbeda diantaranya:
·   Bukan merupakan sebuah sel (aseluler) sedangkan mahluk hidup ada yang tubuhnya tersusun atas satu sel (uniseluler) dan ada yang tubuhnya tersusun atas banyak sel (multiseluler).
·   Tidak memiliki sitoplasma dan organel-organel sel sedangkan mahluk hidup memiliki inti sel, sitoplasma dan organel-organel sel (mis: ribosom, mitokondria, lisosom dll).
·   Berkembang biak (bereproduksi) pada sel mahluk hidup sedangkan mahluk hidup memiliki system reproduksi sendiri jadi tidak bergantung pada mahluk hidup lainnya.
·   Bersifat parasit obligat intraseluler (merugikan jika berada dalam sel inangnya).
·   Dapat dikristalkan sedangkan mahluk hidup tidak dapat dikristalkan.
·   Tubuh tersusun atas asam nukleat (DNA dan atau RNA) sedangkan mahluk hidup memiliki kedua-duanya
Struktur tubuh virus yang ditunjukkan pada gambar di bawah adalah struktur tubuh virus bakteriofage (virus yang hidup pada bakteri Escherichia coli atau E. coli).
Virus hanya dapat hidup jika berada di dalam sel-sel mahluk hidup. Virus juga hanya dapat berkembang biak (bereproduksi) dalam sel hidup (embrio ayam, jaringan tumbuhan dan jaringan hewan ataupun sel bakteri). Jadi virus sangat bergantung pada sel inangnya.



Reproduksi virus terjadi dengan cara penggandaan materi genetik sel inang. Reproduksi virus yang demikian itu disebut replikasi. Replikasi virus terjadi dengan dua cara yaitu:
I. Daur litik
Terdiri atas beberapa fase:
Fase adsorpsi (pelekatan); fage menempel pada suatu reseptor atau bagian khusus dari permukaann luar sel E. coli.
Fase Penetrasi (injeksi); fage melepas enzim lisosom sehingga dinding sel bakteri berlubang. Selanjutnya fage menginjeksi DNAnya ke dalam sel. DNA fage dengan cepat mengendalikan dan merusak DNA bakteri.
Fase Replikasi (sintesis); pada tahap ini genom fage secara penuh mengambil alih mesin metabolik untuk menghasilkan berbagai komponen fage (protein DNA serta enzim).
Fase Perakitan (pematangan); pada fase ini DNA fage dan kapsid merakit ratusan partikel virus(virion). Selain itu fage juga memproduksi enzim lisosom yang dapat digunakan untuk merusak dinding sel bakteri.
Fase Lisis; pada fase ini dinding sel inang menjadi rusak sehingga sel inang  mengalami lisis. Selanjutnya virion tersebut akan lepas sedangkan sel inangnya mati.
II.Daur Lisogenik
Terdiri atas beberapa fase:
Fase Adsorpsi; prosesnya sama dengan fase adsorpsi pada daur litik.
Fase Penetrasi: fage melepas enzim lisosom sehingga dinding sel bakteri berlubang. Selanjutnya fage menginjeksi DNAnya ke dalam sel. DNA fage dengan cepat mengendalikan dan merusak DNA bakteri.
Fase Penggabungan; suatu fase yang memungkinkan terjadinya penggabungan (penyisipan) DNA virus ke dalam DNA bakteri tanpa merusak DNA bakteri (inangnya). DNA virus itu dalam keadaan tidak aktif yang disebut juga profage.
Fase Pembelahan; pada fase ini pada saat bakteri akan membelah diri, DNA bakteri akan membentuk salinan dengan cara replikasi. Dalam hal ini bakteri tdk saja membentuk salinan DNAnya sendiri tapi juga membentuk salinan DNA virus. Akibatnya, setiap sel anakan bakteri akan mengandung DNA bakteri dan DNA virus. Seluruh sel anakan disebut sebagai sel lisogenik.
Fase Replikasi; sama dengan fase replikasi pada daur litik.Fase Perakitan; sama dengan fase perakitan pada daur litik. Fase Lisis; sama dengan fase lisis pada daur litik.
Virus yang menguntungkan diantaranya:
·      Virus baculovirus; dimanfaatkan dalam bidang pertanian yaitu digunakan sebagai biopestisida untuk membasmi tanaman budidaya.
·      Virus bakteriofage; dimanfaatkan dalam bidang kesehatan (medis) yaitu digunakan untuk mengenal dan mengidentifikasi bakteri patogen.
·      Virus bakteriofage; fage-fagenya digunakan untuk mengukur dosis radiasi.
Virus yang merugikan diantaranya:
1.  Virus yang menyerang tumbuhan yaitu:
·      Tobacco Mozaic Virus (TMV); menyebabkan penyakit mosaic pada tembakau.
·      Citrus Vein Phloem Degeneratif (CVPD); menyebabkan penyakit degenerasi pembuluh tapis pada tanaman jeruk.
·      Tungro virus: menyebabkan penyakit tungro pada padi
2. Virus yang menyerang hewan yaitu:
·      New Castle Disease (NCD/tetelo); menyebabkan penyakit tetelo pada unggas terutama ayam.
·      Foot and Mouth Disease (FMD); menyebabkan penyakit kuku dan mulut pada ternak seperti sapi dan kerbau.
·      Rous sarcoma virus (RSV); menyebabkan penyakit kanker pada ayam.
·      Rabies virus; menyebabkan penyakit rabies pada anjing, kucing dan monyet.
·      Anthrax virus; menyebabkan penyakit antraks pada sapi.
3.  Virus yang menyerang manusia yaitu:
·      Myxovirus; menyebabkan penyakit influenza.

Analisis Kompetensi Dasar Mendeskripsikan ciri-ciri replikasi dan peran virus dalam kehidupan


Standar Kompetensi       : 2. Memahami prinsip-prinsip pengelompokan makhluk hidup
Kompetensi Dasar           : 2.2 Mendeskripsikan ciri-ciri replikasi dan peran virus dalam kehidupan 
Tujuan Pembelajaran     :
1.       Mengidentifikasi ciri-ciri virus
2.       Membedakan struktur virus dengan makhluk lainnya
3.       Menggambarkan struktur tubuh virus dan mengetahui bagian-bagiannya
4.       Mendeskripsikan cara replikasi virus
5.       Membuat charta replikasi virus
6.       Menjelaskan peran virus yang menguntungkan dan merugikan bagi kehidupan
7.       Mengkomunikasikan cara menghindari diri dari bahaya virus seperti influenza, Aids, flu burung

                                                  Dimensi Pengetahuan
Dimensi Proses Kognitif
Mengingat
Memahami
Mengaplikasikan
Menganalisis
Mengevaluasi
Mencipta
A.      Pengetahuan
Faktual


Tujuan 3
Tujuan 6

Tujuan 4
Tujuan 6

Tujuan 7
Tujuan 2
Tujuan 6
Tujuan 2
Tujuan 7
Tujuan 5

B.      Pengetahuan Konseptual


Tujuan 1
Tujuan 6

Tujuan 1
Tujuan 4
Tujuan 6
Tujuan 3
Tujuan 2
Tujuan 6
Tujuan 2

Tujuan 3
Tujuan 5
C.      Pengetahuan Prosedural



Tujuan 5




D.      Pengetahuan Metakognitif




Tujuan 7




Tujuan 1               : Tujuan 1 dikategorikan ke dalam dimensi pengetahuan konseptual ranah kognitif mengingat dan memahami karena untuk mengidentifikasi ciri-ciri virus, siswa memerlukan pengetahuan tentang virus dan memahaminya yang diperoleh secara konseptual (kajian literature)
Tujuan 2               : Tujuan 2 dikategorikan ke dalam dimensi pengetahuan konseptual dan faktual dan ranah kognitif menganalisis dan mengevaluasi  karena untuk membedakan struktur virus dengan makhluk lainnya, siswa harus membandingkan virus dengan beberapa makhluk hidup lainnya berdasarkan strukturnya yang diperoleh secara konseptual dan faktual dan dikategorikan mengevaluasi karena untuk membedakan virus dengan beberapa makhluk hidup lainnya berdasarkan strukturnya siswa perlu membandingkannya, dan proses membandingkan tersebut termasuk ke dalam ranah kognitif mengevaluasi.
Tujuan 3               : Tujuan 3 dikategorikan ke dalam dimensi pengetahuan konseptual dan faktual dan ranah kognitif mengingat, mengaplikasikan, dan mencipta karena untuk dapat menggambarkan struktur virus dan bagian-bagiannya, siswa perlu pengetahuan tentang bentuk virus yang diperoleh secara konseptual (gambar) dan secara factual karena media yang digunakan berupa animasi power point, dan mengaplikasikan pengetahuan tersebut dengan membuat suatu gambar tentang virus, sementara membuat dikategorikan dalam ranah mencipta.
 Tujuan 4              : Tujuan 4 dikategorikan ke dalam dimensi pengetahuan konseptual dan faktual dan ranah kognitif memahami karena untuk mendeskripsikan cara replikasi virus, siswa memerlukan pengetahuan tersebut yang diperoleh secara konseptual (kajian literatur) dan faktual (animasi power point) sehingga dapat memahami dan mendeskripsikannya.
Tujuan 5               : Tujuan 5 dikategorikan ke dalam dimensi pengetahuan konseptual, faktual dan prosedural ranah memahami dan mencipta karena untuk membuat charta, siswa memerlukan pemahaman tentang replikasi virus yang diperoleh secara konseptual (kajian literature) dan faktual (animasi power point) sehingga siswa mengetahui langkah-langkah replikasi virus sehingga mampu membuat charta replikasi virus.
Tujuan 6               : Tujuan 6 dikategorikan ke dalam dimensi pengetahuan faktual, konseptual ranah kognitif mengingat, memahami, dan menganalisis karena untuk mengetahui peranan virus memerlukan pengetahuan tentang dampak virus bagi kehidupan dengan cara mengingat dan memahami yang diperoleh secara faktual dan konseptual yang akhirnya dapat dianalisis untuk mengetahui keuntungan dan kerugiannya.
Tujuan 7               : Tujuan 7   dikategorikan ke dalam dimensi pengetahuan faktual dan metakognitif ranah kognitif mengaplikasi dan mengevaluasi karena untuk mengkomunikasikan cara menghindari diri dari bahaya virus memerlukan pengetahuan tentang bahaya  virus itu sendiri yang diperoleh secara faktual. Mengevaluasi dan mengaplikasikannya dengan cara mengkomunikasikan di lingkungan masyarakat (Tidak hanya memerlukan pengetahuan tentang biologi tetapi juga memerlukan keterampilan berkomunikasi).