PENGGUNAAN
KOMBINASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DENGAN MEDIA POWER POINT PADA MATERI
VIRUS
Oleh:
Asrida Agriani
A. PENDAHULUAN
Salah satu ilmu dasar yang sangat penting pada
setiap jenjang pendidikan dan memacu penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
serta keterampilan adalah biologi . Hal ini disebabkan karena biologi merupakan
sarana berpikir untuk menumbuhkembangkan cara berpikir logis, sistematis,
analitis dan kritis.
Biologi merupakan salah satu pelajaran IPA yang berkaitan dengan
cara mencari tahu dan memahami alam semesta secara sistematis, sehingga biologi
bukan hanya merupakan penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,
konsep-konsep, prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses
menemukan. Pendidikan biologi diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk
mempelajari dirinya sendiri dan alam disekitarnya, yang di dalamnya terdapat
berbagai pokok bahasan yang memiliki kekhususan
karakter masing-masing serta konsep-konsep yang harus dipahami.
Sebagian
besar konsep biologi merupakan konsep yang abstrak dan berjenjang. Dalam proses pembelajaran biologi kita
seringkali diperhadapkan pada hal-hal yang bersifat mikroskopis
seperti virus. Hal
ini seringkali menjadi kendala bagi guru untuk menumbuhkembangkan cara berpikir
logis, sistematis, analitis dan kritis dari siswa yang belajar pada tingkat
sekolah menengah atas.
Mengajar tidak hanya diartikan sebagai proses
penyampaian ilmu pengetahuan kepada siswa, yang menempatkan siswa sebagai objek
belajar dan guru sebagai subjek, akan tetapi mengajar harus dipandang sebagai
proses pengaturan lingkungan agar siswa belajar. Yang dimaksud belajar itu
sendiri bukan hanya sekedar menumpuk pengetahuan akan tetapi merupakan proses
perubahan tingkah laku melalui pengalaman belajar sehingga diharapkan terjadi
pengembangan berbagai aspek yang terdapat dalam individu, seperti aspek minat,
bakat, kemampuan, potensi dan lain sebagainya.
Fakta diatas merupakan tantangan yang dihadapi
guru sebagai pengajar. Disinilah dituntut keprofesionalan guru agar bisa
meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa.
Dengan perkataan lain, untuk meningkatkan kualitas proses dan
hasil belajar siswa diperlukan peran guru kreatif yang dapat membuat
pembelajaran biologi menjadi lebih baik, menarik dan disukai oleh peserta
didik. Suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa dengan menggunakan metode pembelajaran yang
tepat agar siswa dapat memperoleh kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain
sehingga siswa dapat memperoleh hasil
belajar yang optimal.
Sejalan dengan berkembangnya penelitian dibidang pendidikan maka ditemukan model –
model pembelajaran baru yang dapat meningkatkan interaksi siswa dalam proses
belajar mengajar, yang dikenal dengan model pembelajaran kooperatif
(Cooperative Learning).
Menurut Killen dalam Efi (2007), Cooperative
Learning merupakan suatu teknik instruksional dan filosofi pembelajaran
yang berusaha meningkatkan kemampuan siswa untuk bekerjasama dalam kelompok
kecil, guna memaksimalkan kemampuan belajarnya, dan belajar dari temannya serta
memimpin dirinya.
Di
dalam pembelajaran kooperatif, siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok
kecil dan saling membantu satu sama lain. Hal ini bermanfaat untuk melatih
siswa menerima pendapat orang lain dan berkerja dengan teman yang berbeda latar
belakangnya, membantu memudahkan menerima materi pelajaran, meningkatkan
kemampuan berfikir dalam memecahkan masalah. Karena dengan adanya komunikasi
antara anggota-anggota kelompok dalam menyampaikan pengetahuan serta
pengalamannya sehingga dapat menambahkan pengetahuan dan meningkatkan hasil
belajar serta hubungan sosial setiap anggota kelompok.
Dalam
model pembelajaran kooperatif, siswa tidak hanya berperan sebagai komunikan
atau penerima pesan, bisa saja siswa bertindak sebagai komunikator atau
penyampai pesan. Dalam kondisi seperti itu, maka terjadi apa yang disebut
dengan komunikasi dua arah (two way traffic communication) bahkan komunikasi
banyak arah (multi way traffic communication). Dalam bentuk komunikasi
pembelajaran manapun sangat dibutuhkan peran media untuk lebih meningkatkan
tingkat keefektifan pencapaian tujuan/kompetensi. Artinya, proses pembelajaran
tersebut akan terjadi apabila ada komunikasi antara penerima pesan dengan
sumber/penyalur pesan lewat media tersebut. Berlo (1960) dalam pembelajaran
sebagai proses komunikasi menyatakan bahwa komunikasi tersebut akan efektif
jika ditandai dengan adanya “area of experience” atau daerah pengalaman yang
sama antara penyalur pesan dengan penerima pesan (Anonim, 2011).
Berdasarkan uraian di atas maka
penulis mencoba mengkombinasikan model pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW
dengan penggunaan media power point pada materi virus sehingga diharapkan
nantinya siswa dapat secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran dan
pembelajarannya tidak lagi membahas hal
yang abstrak karena siswa dapat secara jelas melihat macam-macam virus,
bagaimana virus bereplikasi dan beberapa gambar dampak yang ditimbulkan dari
virus tersebut bagi kehidupan melalui penyajian materi yang menggunakan media power
point.
Pemilihan metode yang
digunakan akan dikaji oleh penulis tentang kelebihan dan kekurangannya sehingga
nantinya bisa menjadi masukan bagi tenaga pengajar dalam pemilihan metode
pembelajaran yang akan digunakan.
B. Kombinasi Pembelajaran Kooperatif Tipe JIGSAW
dengan Media Power Point Pada Materi VIrus
1. Pembelajaran
Kooperatif Tipe JIGSAW
Pendekatan kooperatif digunakan oleh para
pendidik dalam pembelajaran di kelas dengan menciptakan situasi atau kondisi
bagi kelompok untuk mencapai tujuan masing-masing anggota atau kelompok. Pencapaian
tujuan tergantung pada kerjasama yang kompak dan serasi dalam kelompok (Ghazi
dalam Efi,2007).
Dengan demikian, Cooperative Learning
diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan,
belajar untuk bekerjasama, menghargai pendapat orang lain dan tanggung jawab
antara sesama siswa dan terhadap kelompoknya untuk memperoleh yang terbaik bagi
kelompoknya dalam belajar dan menyelesaikan tugas.
JIGSAW telah dikembangkan dan diuji coba oleh Elliot
Aronson dan teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh
Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins (Anonim, 2011).
Pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW merupakan
salah satu tipe strategi pembelajaran yang kooperatif dan fleksibel. Dalam
pembelajaran tipe Jigsaw, siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok yang
anggotanya mempunyai karakteristik heterogen. Masing-masing siswa bertanggung
jawab untuk mempelajari topik yang ditugaskan dan mengajarkan pada anggota
kelompoknya, sehingga mereka dapat saling berinteraksi dan saling bantu
(Hertiavi, dkk., 2010)
2. Media Power Point
Suatu
medium (jamak: media) adalah perantara/pengirim pesan dari pengirim ke penerima
pesan. Gagne (1970) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen
dalam lingkungan siswa yang dapat
merangsangnya belajar. Sementara itu
Briggs (1970) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat
menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Buku, film, kaset, film
bingkai adalah contoh media pembelajaran, termasuk di sini adalah menggunakan
power point yang ditayangkan dengan menggunakan media LCD (Mardjoko, 2009)
Menurut kamus
besar bahasa indonesia, pengertian media adalah alat atau sarana komunikasi
seperti koran, majalah, radio, televisi, film, poster, dan spanduk. Media
disebut juga alat-alat audio visual, artinya alat yang dapat dilihat dan
didengar yang dipakai dalam proses pembelajaran dengan maksud untuk membuat
cara berkomunikasi lebih efektif dan efisien. Dengan penggunaan alat-alat ini
guru/pendidik dan siswa/peserta didik dapat berkomunikasi lebih hidup serta
interaksinya bersifat multi arah. Media adalah alat yang dapat membantu proses pembelajaran
yang berfungsi memperjelas makna pesan yang disampaikan sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai dngan lebih baik, lebih sempurna.
Media
mengandung pesan sebagai perangsang belajar dan dapat menumbuhkan motivasi
belajar, sehingga siswa/peserta didik tidak menjadi bosan atau cepat jenuh
dalam meraih tujuan-tujuan belajar. Apapun yang disampaikan oleh guru/pendidik
sebaiknya menggunakan media, paling tidak yang digunakannya adalah media verbal
yang berupa kata-kata yang diucapkan di hadapan siswa/peserta didik. Pendidikan
melalui media visual adalah metode/cara untuk memperoleh pengertian yang lebih
baik dari sesuatu yang dapat dilihat dari pada sesuatu yang didengar atau
dibacanya. Media pembelajaran mencakup semua sumber yang diperlukan dalam melakukan
komunikasi dengan pebelajar. Ini bisa berupa perangkat keras, seperti komputer,
televisi, projektor, dan perangkat lunak yang digunakan pada perangkat keras
itu. Pengajar juga termasuk media pembalajaran merupakan bagian dari kajian
strategi penyampaian (Gede, 2011).
Media
pendidikan adalah media yang penggunaannya diintegrasikan dengan tujuan dan isi
pembelajaran dan dimaksudkan untuk mempertinggi mutu mengajar dan belajar.
Pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan
keinginan dan minat yang baru,
membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar siswa (Harsidi, 2009).
Sebagai
komponen sistem pembelajaran, media memiliki fungsi yang berbeda dengan fungsi
komponen-komponen lainnya, yaitu sebagai komponen yang dimuati pesan
pembelajaran untuk disampaikan kepada pebelajar. Pada proses penyampaian pesan
ini sering kali terjadi gangguan yang mengakibatkan pesan pembelajaran tidak di
terima oleh pebelajar seperti apa yang dimaksudkan oleh pengajar. Gangguan-gangguan
komunikasi antar pengajar-pebelajar ini kemungkinan disebabkan oleh verbalisme
(Gede, 2011).
Pendapat
lain dikemukakan oleh Nurhayati dan Lukman (2004) dalam Harsidi (2010), bahwa
fungsi media pembelajaran diantaranya yaitu:
1. Memperjelas dan memperkaya/melengkapi informasi
yang diberikan secara verbal,
2. Meningkatkan motivasi dan efisiensi penyampaian
informasi.
3. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas
penyampaian informasi.
4. Menambah variasi penyajian materi.
5. Pemilihan media yang tepat akan menimbulkan
semangat, gairah dan mencegah kebosanan siswa untuk belajar.
6. Kemudahan materi untuk dicerna dan lebih
membekas sehingga tidak mudah dilupakan siswa.
7. Memberikan pengalaman yang kongkrit untuk hal
yang mungkin abstrak.
8. Meningkatkan keingintahuan (curiousity) siswa.
9. Memberikan
stimulus dan mendorong respon siswa.
3. Virus
Virus berasal dari bahasa
latin virion yang berarti racun. Ilmu
yang mempelajari tentang virus adalah virologi (Sri, 2008).
Keberadaan virus mulai
diketahui sejak penemuan Adolf Meyer, seorang ilmuwan Jerman, pada tahun 1883.
Beliau meneliti penyakit bintik kuning pada daun tanaman tembakau yang bersifat
menular. Penelitian ini kemudian dilanjutkan oleh Dimitri Ivanowsky pada tahun
1893.
Pada tahun 1897, seorang ahli
mikrobiologi Belanda yang bernama M.Beijerinck melakukan percobaan terhadap
penyakit bintik kuning tersebut. Hasil percobaannya menunjukkan bahwa patogen
(penyebab penyakit) hanya dapat berkembang biak pada mahluk hidup. Pada tahun
1935, seorang ilmuwan Amerika Serikat bernama Wendell Stanley mencoba
mengkristalkan patogen itu. Walaupun telah dikristalkan, pathogen itu masih
mampu menimbulkan penyakit jika disuntikkan pada tanaman tembakau yang sehat.
Stanley memberi nama patogen tersebut tobacco mosaic virus atau TMV (virus
mosaik tembakau). Virus memiliki ukuran tubuh yang sangat kecil sehingga tidak
dapat dilihat dengan mikroskop cahaya melainkan hanya dapat dilihat dengan
mikroskop elektron.
Ciri-ciri virus antara lain:
· Bersifat
aseluler (tidak tersusun atas sel).
· Berukuran
ultramikroskopis, sekitar 20 – 300 µm (milimikron).
· Tidak
memiliki sitoplasma dan organel-organel sel lainnya.
· Tubuh
tersusun atas asam nukleat (DNA dan atau RNA) yang diselubungi oleh selubung
protein (kapsid).
· Bersifat
parasit obligat intraseluler (bersifat merugikan jika berada di dalam tubuh sel
inangnya).
· Berkembang
biak di dalam sel mahluk hidup/sel inangnya (merupakan ciri virus sebagai
mahluk hidup).
· Dapat
dikristalkan (merupakan ciri virus sebagai benda mati).
· Bentuk
virus bervariasi: bulat, heliks (panjang dan bulat), polyhedral (bersegi
banyak), bentuk seperti huruf T (virus bakteriofage).
Dibandingkan dengan mahluk hidup lainnya maka virus memiliki struktur yang berbeda diantaranya:
Dibandingkan dengan mahluk hidup lainnya maka virus memiliki struktur yang berbeda diantaranya:
· Bukan
merupakan sebuah sel (aseluler) sedangkan mahluk hidup ada yang tubuhnya
tersusun atas satu sel (uniseluler) dan ada yang tubuhnya tersusun atas banyak
sel (multiseluler).
· Tidak
memiliki sitoplasma dan organel-organel sel sedangkan mahluk hidup memiliki
inti sel, sitoplasma dan organel-organel sel (mis: ribosom, mitokondria,
lisosom dll).
· Berkembang
biak (bereproduksi) pada sel mahluk hidup sedangkan mahluk hidup memiliki
system reproduksi sendiri jadi tidak bergantung pada mahluk hidup lainnya.
· Bersifat
parasit obligat intraseluler (merugikan jika berada dalam sel inangnya).
· Dapat
dikristalkan sedangkan mahluk hidup tidak dapat dikristalkan.
· Tubuh
tersusun atas asam nukleat (DNA dan atau RNA) sedangkan mahluk hidup memiliki
kedua-duanya
Struktur
tubuh virus yang ditunjukkan pada gambar di bawah adalah struktur tubuh virus
bakteriofage (virus yang hidup pada bakteri Escherichia
coli atau E. coli).
Virus
hanya dapat hidup jika berada di dalam sel-sel mahluk hidup. Virus juga hanya
dapat berkembang biak (bereproduksi) dalam sel hidup (embrio ayam, jaringan
tumbuhan dan jaringan hewan ataupun sel bakteri). Jadi virus sangat bergantung
pada sel inangnya.
Reproduksi virus terjadi
dengan cara penggandaan materi genetik sel inang. Reproduksi virus yang demikian
itu disebut replikasi. Replikasi virus terjadi dengan dua cara yaitu:
I.
Daur litik
Terdiri atas beberapa fase:
Fase adsorpsi (pelekatan);
fage menempel pada suatu reseptor atau bagian khusus dari permukaann luar sel E. coli.
Fase Penetrasi (injeksi);
fage melepas enzim lisosom sehingga dinding sel bakteri berlubang. Selanjutnya
fage menginjeksi DNAnya ke dalam sel. DNA fage dengan cepat mengendalikan dan
merusak DNA bakteri.
Fase Replikasi (sintesis);
pada tahap ini genom fage secara penuh mengambil alih mesin metabolik untuk
menghasilkan berbagai komponen fage (protein DNA serta enzim).
Fase Perakitan (pematangan);
pada fase ini DNA fage dan kapsid merakit ratusan partikel virus(virion).
Selain itu fage juga memproduksi enzim lisosom yang dapat digunakan untuk
merusak dinding sel bakteri.
Fase Lisis; pada fase ini
dinding sel inang menjadi rusak sehingga sel inang mengalami lisis. Selanjutnya virion tersebut
akan lepas sedangkan sel inangnya mati.
II.Daur
Lisogenik
Terdiri atas beberapa fase:
Fase Adsorpsi; prosesnya
sama dengan fase adsorpsi pada daur litik.
Fase Penetrasi: fage melepas
enzim lisosom sehingga dinding sel bakteri berlubang. Selanjutnya fage
menginjeksi DNAnya ke dalam sel. DNA fage dengan cepat mengendalikan dan
merusak DNA bakteri.
Fase Penggabungan; suatu
fase yang memungkinkan terjadinya penggabungan (penyisipan) DNA virus ke dalam
DNA bakteri tanpa merusak DNA bakteri (inangnya). DNA virus itu dalam keadaan
tidak aktif yang disebut juga profage.
Fase Pembelahan; pada fase
ini pada saat bakteri akan membelah diri, DNA bakteri akan membentuk salinan
dengan cara replikasi. Dalam hal ini bakteri tdk saja membentuk salinan DNAnya
sendiri tapi juga membentuk salinan DNA virus. Akibatnya, setiap sel anakan
bakteri akan mengandung DNA bakteri dan DNA virus. Seluruh sel anakan disebut
sebagai sel lisogenik.
Fase Replikasi; sama dengan
fase replikasi pada daur litik.Fase Perakitan; sama dengan fase perakitan pada
daur litik. Fase Lisis; sama dengan fase lisis pada daur litik.
Virus yang menguntungkan diantaranya:
· Virus
baculovirus; dimanfaatkan dalam bidang pertanian yaitu digunakan sebagai
biopestisida untuk membasmi tanaman budidaya.
· Virus
bakteriofage; dimanfaatkan dalam bidang kesehatan (medis) yaitu digunakan untuk
mengenal dan mengidentifikasi bakteri patogen.
· Virus
bakteriofage; fage-fagenya digunakan untuk mengukur dosis radiasi.
Virus yang merugikan diantaranya:
1. Virus
yang menyerang tumbuhan yaitu:
· Tobacco
Mozaic Virus (TMV); menyebabkan penyakit mosaic pada tembakau.
· Citrus
Vein Phloem Degeneratif (CVPD); menyebabkan penyakit degenerasi pembuluh tapis
pada tanaman jeruk.
· Tungro
virus: menyebabkan penyakit tungro pada padi
2. Virus yang menyerang hewan yaitu:
· New
Castle Disease (NCD/tetelo); menyebabkan penyakit tetelo pada unggas terutama
ayam.
· Foot
and Mouth Disease (FMD); menyebabkan penyakit kuku dan mulut pada ternak
seperti sapi dan kerbau.
· Rous sarcoma virus (RSV);
menyebabkan penyakit kanker pada ayam.
· Rabies virus; menyebabkan
penyakit rabies pada anjing, kucing dan monyet.
· Anthrax virus; menyebabkan
penyakit antraks pada sapi.
3. Virus yang menyerang manusia yaitu:
· Myxovirus; menyebabkan
penyakit influenza.